Selasa, 24 April 2012

Sarung Belati

aku kembali, bagaimana kabar kalian semua? postingan lamaku berarti juga kenangan lamaku. all of my self actually my memory in here.
aku bukan ingin berpuisi, tapi aku menyadari bahwa personafikasi puisi itu membuat sang penulis bebas berangan fiksi tapi sebenarnya itu nyata.
hanya sebuah kata tertulis disini, terserah kalian semua pembaca blogku ini menilai tulisanku sulit dipahami.
memang semua ini begitu rumit, karna disini bukan hanya sekedar tulisanku, tapi hatiku juga.
serumit ini hatiku ternyata.

kerumitan kadang membuat semua nampak membiru, galau, tangis, diam.
wanita adalah makhluk sulit diterka dan mengutamakan perasaannya hingga ada yang terbakar habis perasaannya karna lelaki.

aku wanita, aku punya logika dan perasaan. ketika aku berpikir logika dengan dunia aku menjadi kejam. setajam belati pandanganku, sepanas api bicaraku. seakan tak ada seorang pun berani bermain denganku, karna mereka hanya takut terluka karnaku.
ketika semua kusadari, perasaanku muncul membalut ketajaman pandanganku seperti sarung menutup belatinya, memadamkan apiku dengan air. dan semua nya mendekat tanpa ragu.

simpulnya, ketika wanita terluka, marah dan lainnnya itu bisa membuat mereka seperti logika dunia.
dan ketika wanita bisa menahan logikanya, Ia menjadi makhluk Tuhan paling berperasa.

terlalu rumitkah tulisan ini? kurasa tidak, karna ini jelas perasaan itu sarung dari semua logika dunia. seperti belati dan sarungnya.
Twitter Bird Gadget